train time in Shinjuku station dipasang di electronic board |
Berasa kayak hidup di dunia alien ga sih buat orang Jakarta
macam kita dengan ketepatan waktu semacam itu? Hahahahha. Klo kita mah,
boro-boro bisa perkirakan waktu, nyampe kantor tiap hari gak telat aja rasanya
udah untung banget, hehe. But then again, somehow hal-hal yang unpredictable
seperti itulah yang bikin hidup lebih seru. Nobody can predict Jakarta’s
traffic, like nobody can predict what will happen in the next few minutes,
right?
Anyhow, balik ke masalah kereta di Jepang, gw sebenernya
cukup menikmati jadwal yang on-time ini. Karena setiap janjian dengan teman, gw
selalu tahu alokasi waktu yang gw butuhkan untuk sampe ke suatu tujuan. Tapi
apakah system kereta di Jepang selalu reliable? Well, gak juga ternyata. Pas di
Shinjuku station, gw punya waktu dua jam sebelum gw harus berangkat ke Noborito
station. Dengan waktu sesempit itu, gw pikir masih bisalah gw mampir ke asakusa
sebentar. Toh, kebetulan pas hari minggu, bukan hari kerja jadi gw pikir kereta
ga akan terlalu rame. Eh, pas mau naik ke line kereta, buset gw liat
orang-orang pada ngantri panjaaaang banget! Tanya-tanya ke petugas kereta
mereka bilang jalur kereta-nya lagi ada gangguan dan sedang diperbaiki, jadi
jadwal kereta agak terlambat. I asked them again, how long it takes to fixed
the train? Mereka jawab, ga bisa dipastikan. Lahhh, trus ni orang-orang masih
ngantri nungguin jadwal kereta yg ga jelas donk? Gw nanya sambil nunjuk antrian
orang-orang di jalur kereta. Petugas kereta kemudian jelasin, klo beberapa
orang memang memilih menunggu, karena biasanya perbaikan tidak memakan waktu
yang lama. Tapi, most of the passenger, biasanya akan beralih ke jalur kereta
lain yang bisa membawa mereka sampai ke tujuan lebih cepat. Gw pun disarankan
untuk mengambil jalur kereta lainnya menuju ke asakusa.
Baiklah. Karena masih berniat menuju asakusa, gw pun menuju
jalur kereta yang mereka sarankan. Tapi pas mau naik tangga aja, udah malas
banget liat kerumunan orang yang ngantri. Ya, karena kebanyakan penumpang
beralih ke jalur ini, jadinya antriannya superrrr banget. Maklum, gw jarang
banget naik KRL di Jakarta jadi ga pernah liat antrian kereta seperti apa. Tapi
karena penasaran, gw pun menerobos kerumunan sampe di atas tangga. Daaann,
agak-agak serem melihat ratusan atau ribuan orang desak-desakan memaksa masuk
ke kereta (which makes me remember the Tokyo rush hour itu, yg orang sampe
didorong-dorong biar muat di kereta!!), akhirnya gw balik badan. Mending ga
jadi ke asakusa deh, daripada terjebak di kereta, huhuhu.
antrian jalur kereta ke asakusa yang ruameeeee |
Tapi cerita tentang on-timenya Jepang baru bener-bener gw
rasakan pas gw ngantri naik bus dari Kyoto station ke Fushimi Inari Shrine. Ada
dua cara sebenernya menuju ke Fushimi Inari shrine, naik kereta yang cuma 5
menit dari Kyoto station atau naik bus no 05 (kayak no angkutan di rumah gw ya,
heheheh) yang kira-kira memakan waktu 13 menit dari Kyoto station. Berhubung gw
sudah pegang tiket kereta bus unlimited, gak mau rugi dong,,, yah mending naik
bus. Gak papa agak lamaan dikit dan nunggu bus dulu, daripada beli tiket
kereta. Halte bus di Kyoto station cukup mudah ‘dibaca’, kita tinggal berdiri
di line yang sesuai dengan no bus yang kita mau naiki. Di masing-masing line
ada jadwal bus-nya. Jadi gw tahu klo bus 05 akan berangkat pukul 6 pm dari
stasiun Kyoto. Gak lama, gw ngeliat ada bus dengan no 05 muncul di belokan
jalan gak begitu jauh dari tempat gw berdiri. It was about 5.50 pm, jadi 10
menit lebih awal dari jadwal. You know what happen? The bus was stopped like 5
meters from the line!
Gw yang ngeliat bus itu jadi geregetan sendiri. Hahahhahaha.
Agak-agak gak percaya klo bus aja juga harus segitu strict-nya mengikuti
jadwal. Kereta on time, gw ngerti karena they have the system that control
everything on the train. Tapi bus?... Jadi, selama 10 menit itu gw cuman bisa
ngeliatin bus yang jaraknya cuma 5 meter dari tempat gw berdiri. Dan bener aja,
begitu pukul 6 pm, pelan-pelan bus bergerak maju menuju line dan baru deh
passenger boleh naik. Oh my!
Later on, I know that its part of Japanese lifestyle. Pas gw
ngelewatin another halte bus, di hari kerja, gw ngeliat banyak anak sekolah dan
karyawan kantoran yang berbaris rapi di depan line bus. The bus was there, tapi
mereka belum boleh naik ke dalam bus karena belum waktunya. Jadi mereka sabar
aja nungguin pintu bus dibuka, sementara bus driver-nya masih jalan-jalan entah
kemana. Kebayang gak itu kejadian di Indonesia? I bet, not in a million years!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar