“Ahh, so your next destination is Yokohama?”
Demikian komentar Reiko, resepsionis hostel di Osaka,
ketika mengetahui kota berikutnya yang saya tuju setelah Osaka adalah Yokohama.
Saya hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaannya. Reiko kemudian berkata
singkat sambil tersenyum kepada saya “ Nice! I come from Yokohama. You will
love my city!”
Saya balik tersenyum dan spontan menjawab ‘Really?”
view kota Yokohama yang jadi favorit! |
Awalnya saya tidak mempunyai ekspektasi apapun terhadap
kota pelabuhan ini. Tidak banyak orang tertarik untuk mengunjungi Yokohama,
karena biasanya pusat tujuan mereka the big city, Tokyo. Alasan utama saya
mampir ke Yokohama pada saat itu, hanya karena aksesnya yang lebih cepat ke
Haneda Airport, lebih mudah dan lebih murah. Dengan Keikyu line, jalur kereta express
yang langsung menuju Haneda Airport, saya cukup membayar 440 yen dan tidak
perlu bingung harus transit lagi. Selain itu, saya juga ingin mencoba melihat
tempat baru selain Tokyo. Maklum, tiket saya sudah dipesan untuk pulang-pergi dari
Haneda Airport. Jadi mau tidak mau memang harus kembali ke Tokyo. Letak
Yokohama yang hanya 30 menit dari Tokyo adalah tujuan sempurna untuk
menghabiskan hari terakhir saya di Jepang. Tidak seramai Tokyo, dan mudah dijangkau
juga dari kota metropolitan tersebut. Jika anda berangkat dari Tokyo, bisa
bertolak dari Shibuya station, dengan Tokyu Toyoku Line, jalur kereta termurah
untuk mencapai Yokohama. Pastikan untuk mengambil kereta express, karena lebih
cepat dari kereta local dengan harga tiket yang sama.
Perjalanan saya di Yokohama dimulai dari stasiun
tersibuk kelima di dunia, yakni stasiun Yokohama. Inilah stasiun terbesar di
prefektur Kanagawa, digunakan tak kurang dari dua juta penumpang setiap
harinya. Udara pagi itu cukup dingin, dan membuat saya menggigil walaupun saya
sudah memakai sweater hangat. Entah apakah karena Yokohama sangat dekat dengan
laut, sehingga suhunya menjadi sedingin itu. Atau memang karena cuaca musim
semi di bulan Mei yang tidak terlalu bersahabat dengan manusia tropis seperti
saya. Saya hanya punya waktu 10 jam untuk menjelajahi Yokohama, sebelum menuju
Haneda Airport. Tetapi saya juga tidak ingin terburu-buru, mengingat ini kota
terakhir saya. Akhirnya saya pun memutuskan berjalan kaki agar bisa menikmati
kota pelabuhan ini dengan santai. Sebenarnya ini cara favorit saya dalam
menikmati sebuah kota yang baru pertama kali dikunjungi. Berjalan kaki
memungkinkan saya mengenal dan menemukan hal-hal menarik di sebuah kota.
The quarter bay walk |
bazar in quarter bay mall. Rame! |
Yokohama stasiun terhubung dengan beberapa pusat
perbelanjaan seperti Takashimaya, Porta Underground shopping mall, SOGO, etc.
Dari Yokohama stasiun saya melewati jembatan panjang yang biasa disebut Bay
Quarter Walk untuk menuju ke Bay Quarter Mall, yakni Mall di tepi laut setinggi
enam lantai yang didesign dengan apik. Mall ini dipenuhi dengan café dan
restaurant dengan pemandangan langsung ke laut lepas. Saya pun menyempatkan diri
untuk bersantai sejenak di Mall ini sembari melihat-lihat bazaar dadakan yang
kebetulan diadakan di hari itu.
Puas berkeliling di Bay Quarter, saya mengarahkan kaki
menuju pit stop selanjutnya. Ya, salah satu tempat wajib kunjung di Yokohama
adalah Nissan Gallery yang terletak di kantor Global Headquarter mereka. Penggemar
mobil Nissan atau pengunjung biasa seperti saya dapat memanfaatkan semua
fasilitas yang ada di Nissan Gallery dengan gratis. Saya pun tak ragu mencoba
berfoto dengan model-model mobil Nissan super mewah yang dipamerkan di Gallery
tersebut. Ada juga 3D simulator yang bisa kita coba. Penggemar Nissan juga bisa
membeli berbagai pernak-pernik ala Nissan di Nissan Boutique, yakni souvenir
shop yang menjual berbagai merchandise mulai dari keychain, miniature mobil, dompet
tempat menyimpan kunci mobil, hingga golf bag. Selain itu, kita juga bisa
belajar tentang konsep electric car yang diusung Nissan, yakni Nissan LEAF. Mobil
bertenaga baterai yang diharapkan Nissan bisa menjadi mobil masa depan ini
ternyata sudah banyak berkeliaran di jalanan kota Yokohama lho!
visiting the Nissan Gallery. A recommended place to go, if I can suggest. |
Puas berfoto dengan mobil-mobil Nissan (terutama
dengan mobil favorit saya, si Fairlady Z), saya menyempatkan diri untuk bersantai
sejenak di Starbucks coffee yang ada di dalam area Nissan Gallery. Menikmati
udara laut dan menyesap segelas kopi hangat, sembari membuka peta Yokohama untuk
menentukan tujuan perjalanan santai saya selanjutnya. Rasanya semakin penasaran
untuk tahu lebih banyak tentang Kota Pelabuhan ini!
Segelas kopi hangat sudah cukup untuk membuat saya
bersemangat kembali menjelajah Yokohama. Maka saya pun segera melangkahkan kaki
menuju ke arah Yokohama Museum Art.
Disini kita bisa menikmati karya-karya pelukis terkenal seperti Salvador Dali,
Jimmy Ernst, Pablo Picasso, dll. Lokasi museum ini pun sangat dekat dengan
Landmark Tower, yakni bangunan tertinggi di Jepang sebelum Tokyo Skytree
berdiri. Di sebelah Landmark Tower, terdapat pusat perbelanjaan barang-barang
branded terkenal, yakni Queen’s Square Yokohama. Ohiya, Hard Rock shop Yokohama
ada di sini, jika anda adalah salah satu penggemar Hard Rock T-shirt (seperti saya,
hehe). Sepanjang jalan menuju ke Queen’s Square ini saya menyadari bahwa
Yokohama adalah kota apik nan bersih yang tertata rapi. Trotoarnya lebar dan
bersih, sangat nyaman untuk pejalan kaki. Gaya bangunannya modern dan bergaya
barat, Jalanan di sepanjang museum juga dihiasi bunga-bunga yang menjadikannya
terkesan asri.
Queen's square. Shopping Mall yang rame... |
Saya tidak berlama-lama di Queen’s Square, karena tujuan
saya sebenarnya adalah Akarenga Soko atau the Red Brick Warehouse, pusat
perbelanjaan yang cukup terkenal di Yokohama. Dulunya ini adalah gudang yang
digunakan untuk menyimpan barang-barang yang dikirim melalui Pelabuhan
Yokohama, namun kini sudah di- alihfungsikan sebagai pusat perbelanjaan lengkap
dengan café dan restaurant yang ramai dikunjungi warga setempat. Akarenga Soko
banyak menjual pernak-pernik buatan perajin local yang tidak bisa ditemui di
tempat lain.
theme park yang letaknya persis di Yokohama bay |
Menuju ke Akarenga Soko, kita akan melewati Cosmo
Clock 21, yakni Ferris Wheel raksasa dan ditengahnya ada jam digital yang
merupakan jam digital terbesar di dunia. Konon inilah Ferris Wheel dengan view
terbaik di Jepang karena lokasinya yang di pinggir laut. Jika beruntung, kita
juga bisa melihat gedung-gedung pencakar langit di Shinjuku dan Mount Fuji yang
ratusan kilometer jaraknya dari puncak Ferris Wheel ini. Saya menyempatkan diri
untuk berputar-putar di area Cosmo World, wahana permainan tempat Cosmo Clock
21 karena tidak dipungut bayaran untuk masuk ke arena permainan itu. Namun jika
kita ingin naik Ferris Wheel, kita harus membayar 700 yen per orang.
Tidak jauh dari Cosmo Clock 21, ada pusat perbelanjaan
yang cukup popular juga di Yokohama yakni World Porters. Persis di depan World
Porters, saya melihat banyak orang antri di depan sebuah bangunan, yang
ternyata adalah Nissin Cup Noodle Museum. Selain display cup noodle dengan berbagai macam design, disini kita juga bisa
membuat cup noodle yang dapat disesuaikan dengan keinginan kita. Wah, cup
noodle buatan kita yang tidak akan bisa dibeli di supermarket manapun di dunia!
Sayang, saya tidak sempat mampir ke museum ini karena waktu yang terbatas. Saya
pun terus berjalan melewati bangunan tersebut menuju ke Akarenga Soko.
Dari circle walk, jembatan untuk pejalan kaki yang
berbentuk lingkaran saya dapat melihat bangunan besar berwarna merah bata yang
bergaya barat dengan atap berwarna abu-abu. Ahh itu dia Akarenga Soko yang saya
tuju! Semakin dekat saya dengan bangunan merah berlantai tiga itu semakin saya
heran, bentuknya memang seperti gudang tua dengan jendela-jendela besar
berteralis dan pintu besi yang besar. Di lantai kedua gedung tersebut terdapat
lonceng yang terkadang iseng dibunyikan oleh pengunjung. Saya seperti merasa
sedang berada di bangunan gudang-gudang tua yang banyak terdapat di Kota Tua
Jakarta. Tetapi semakin heran lagi ketika saya mencoba masuk ke dalam bangunan
itu. Betul saja, Akarenga Soko yang dari luar terlihat seperti gudang tua, di
dalamnya penuh dengan restoran-restoran dan toko yang menjual berbagai macam
barang. Mulai dari makanan, souvenir lucu khas Yokohama, kosmetik, hingga
furniture, lengkap!
the akarenga soko from far |
this one I am not sure. Semacam lulur keknya.. |
home made soap yg dijual di akarenga soko. Warnanya keren-keren haha! |
Tak jauh dari bangunan tersebut, ada pemusik jalanan
yang sedang memainkan lagu-lagu favorit mereka. Saya hanya berdecak kagum
melihat pemusik tersebut bermain dengan tenang di tengah udara dingin Yokohama,
brrrr. Melangkah sedikit lebih jauh melewati Akarenga Soko kearah lautan, saya
melihat banyak orang yang berpiknik di tepi pelabuhan, sepertinya memang
Akarenga Soko tersambung dengan taman dimana banyak penduduk Yokohama
menghabiskan sore mereka.
Akarenga Soko atau Red Brick Warehouse ini terdiri
dari dua bangunan, merupakan perpaduan antara batu bata dan baja. Dibangun oleh
Yorinaka Tsumaki, arsitek yang terkenal dengan designnya yang menggabungkan
gaya klasik Eropa barat dengan Jepang, menjadikan bentuk bangunannya terlihat berbeda.
Awalnya, dua bangunan ini mempunyai ukuran yang sama, namun Gempa Bumi Kanto di
tahun 1923 menghancurkan salah satu bangunan menjadi hanya separuh ukuran
aslinya. Saat ini, akarenga soko merupakan salah satu ikon kota Yokohama yang
sangat terkenal karena bentuk bangunan dan nilai sejarahnya. Bangunan yang
lebih kecil bentuknya, digunakan sebagai fasilitas budaya yang menyediakan
ruangan untuk konser dan pertunjukan teater. Sementara bangunan lainnya
dipenuhi oleh café, restaurant dan boutique shop. Karena restorasi bangunan
yang sangat mendetail, UNESCO menganugerahi bangunan ini sebagai Asia Pacific
Heritage Award of Distinction pada tahun 2010. Pemerintah Yokohama juga mengatur
pembangunan gedung-gedung baru di sekitar Akarenga Soko agar tidak menutupi
pemandangan bangunan tersebut. Seru ya?
Ohiya, satu lagi tempat menarik selain Akarenga Soko,
adalah Osanbashi Pier. Osanbashi Pier ini adalah pelabuhan international tempat
berlabuhnya cruise ship. Yang menarik, di bagian atap Osanbashi pier terdapat grass
deck, yakni bagian atap yang ditumbuhi rumput dan merupakan tempat terbaik
untuk melihat view kota Yokohama. Dari Osanbashi Pier konon kita bisa melihat
gedung-gedung menarik landmark kota Yokohama. Ada pemandangan menarik yang saya
lihat disini, yakni sekelompok salary-man yang sedang berlatih gerakan-gerakan
tertentu, semacam yel-yel untuk menambah semangat atau mungkin untuk
menghilangkan stress. Mereka kompak mengangkat kaki dan berteriak dalam irama
yang sama, menghadap lautan dan tidak memperdulikan orang-orang di sekeliling mereka,
hhahahaha.
view from Osanbashi Pier. The cruise ship with landmark tower dan akarenga soko as background |
the rooftop at osanbashi pier. One of the best place I've ever visited! |
akarenga soko from the pier |
Saya menikmati sekali view dari atap Osanbashi Pier
sembari mengamati cruise ship yang akan berlabuh. Dengan kamera full zoom saya
pun mampu mengabadikan gambar Akarenga Soko yang terletak di seberang
pelabuhan. Ahh senangnya menghabiskan sore di tempat seperti ini, saya tak
henti berdecak kagum akan daya tarik Yokohama. Sungguh, Yokohama adalah tempat
yang sempurna untuk menghabiskan hari terakhir saya di Jepang.
Saya masih ingin menghabiskan waktu lebih lama di
Osanbashi Pier sebenarnya. Menikmati matahari yang tenggelam perlahan-lahan di
balik Landmark Tower sembari menikmati segelas kopi dari subzero cafe. Berjalan
menikmati riuhnya suasana malam di Chinatown Yokohama yang konon terbesar di
Jepang. Berbelanja di underground shopping mall. Dan banyak alasan lain yang
membuat saya diam-diam berjanji akan menghabiskan waktu lebih lama di Yokohama,
andai saya punya kesempatan kembali ke Jepang.
Waktu semakin sore dan langit terlihat mendung. Masih
ada flight pulang ke Jakarta yang harus saya kejar. Saya pun memutuskan untuk
kembali ke station menggunakan bus 100 yen. Saya menyebutnya begitu karena kita
cukup membayar 100 yen kemana saja sekali jalan. Bus 100 yen pun membawa saya
kembali ke Sakuragicho station.Dari sini saya bisa naik kereta untuk kembali ke
tempat awal saya memulai perjalanan, yakni Yokohama station. Saya cepat-cepat
mengambil tas ransel yang tersimpan di locker coin stasiun, dan menuju ke
destinasi berikutnya : Haneda Airport. Di kereta menuju Airport saya kembali
teringat perkataan Reiko-san - ‘…you will love my city!’. Andai bertemu dia
lagi, saya tidak akan ragu untuk membalas komentarnya - ‘You’re right,
Reiko-san. I fall in love with Yokohama!’
Till I see you again, Yokohama.
P.S. : This is based on my travel experience in 2013. Wrote in 2015. Just uploaded in 2019. So yeah, quite a journey for a story :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar