Pages

Stasiun kereta di Jepang: Kota di dalam kota

Bepergian di Jepang memang tidak mungkin tidak menggunakan kereta. Inilah mode transportasi ternyaman, tercepat, dan menjadi andalan penduduk Jepang untuk beraktivitas setiap hari. 




"Bayangkan saja, dari 100 stasiun kereta tersibuk di dunia, 82 diantaranya ada di Jepang! Juaranya tentu saja Shinjuku station, yang konon digunakan oleh lebih dari 3,000,000 orang setiap harinya. Whoaaa, what a number!"

Gw ngerasain sendiri bagaimana sibuknya Shinjuku station ini. Begitu keluar dari kereta dan mencoba mencari jalan keluar dari station, seketika dihadapkan pada lalu-lalang orang dari berbagai arah. Mereka dengan yakin menuju ke arah tujuannya, berjalan dengan kecepatan super seolah-olah tidak ingin ketinggalan jadwal kereta langganan, sementara gw cuma bisa diam cengo, sambil celingak-celinguk mencari papan petunjuk arah untuk mencari jalan keluar yang saya tuju. Alhasil kena tubruk kanan kiri karena berhenti di tengah-tengah kerumunan orang yang sedang berjalan cepat. Asal tahu saja, saking besarnya shinjuku station, pintu keluar ada di berbagai arah. Ada yang namanya west exit, east exit, south exit, central west exit, dan lain sebagainya. Konon, karena shinjuku station mempunyai sekian banyak jalur kereta dan platform dan juga connecting ke berbagai pusat perbelanjaan, kurang lebih ada 200 exit termasuk pintu keluar yang ada di underground area. Kebayang kan kalau salah pintu keluar? itu artinya gw harus memutar lagi untuk mencari jalan ke tempat tujuan. Pegal!


Padatnya Shinjuku Station



Pelajaran pertama tentang besarnya shinjuku station gw dapatkan waktu janjian bertemu dengan teman ketika baru pertama kali sampai disana. Tempat janjian sudah diset, ketemu di Shinjuku station, dekat shinjuku terrace city yg ada tulisan Odakyu besar-besar. Sambil menunggu gw sempetinlah untuk keliling ke Uniqlo yang letaknya tidak jauh dari station. Ga lama teman gw ngirim pesan. Dia menyerah, gak bisa menemukan shinjuku terrace city. Akhirnya gw lah yang harus menuju ke tempatnya di east entrance shinjuku station. Sementara posisi gw saat itu ada di west entrance shinjuku station. Ahhh oke, dari west ke east, seharusnya gak susah. Tapi begitu tanya ke petugas station, you know what, gw diarahkan untuk memutar – iya, memutar- melewati underground shopping centre untuk menuju ke east entrance. Sepanjang jalan, gw perhatikan betul-betul petunjuk jalan biar gak nyasar dan tetap sesuai jalur menuju ke east entrance, karena yang namanya underground shopping area di shinjuku station itu luasnya minta ampun. Bahkan ada yang bilang, panjang underground shopping area di shinjuku itu mencapai 2km, kalau nyasar disitu kan gak lucu juga ya. Sampai akhirnya gw tiba di east entrance, itu pun masih bingung harus ke arah mana untuk menuju ke ground levelnya. Petunjuk dari teman gw cuma satu, ada tulisan starbucks coffee di east entrance. Baru mau nanya ke petugasnya, eh temen gw udah muncul, ahhh akhirnya ketemu juga 😀




Dari sini gw baru paham kenapa teman yang orang Jepang sampai mengirimkan foto tempat janjian untuk bertemu di Shinjuku station. Selain foto dia juga sampai mengirimkan denah peta stasiun untuk menjelaskan lokasi pertemuan, sekaligus sejumlah pesan agar  jangan sampai salah pintu keluar. Dalam hati gw ngebatin, ini bukan hanya station, saking besar dan komplitnya ini sudah seperti kota di dalam kota! 


"Bagi orang yang baru pertama kali ke Shinjuku station, ini memang hampir seperti labirin"

 

Tidak hanya shinjuku station, pada dasarnya station-station di Jepang memang di-design untuk memenuhi semua kebutuhan para konsumennya, pengguna jasa kereta api. Hampir semua station besar terhubung dengan pusat perbelanjaan atau terletak persis di tengah kota dan dikerubungi oleh department-department store. Gw hampir merasa konsep pembangunan kota-kota di Jepang menjadikan station sebagai magnet utamanya. Adalah hal yang lumrah di Jepang, kalau kita menemukan station langsung terhubung dengan mall, hotel berbintang (beberapa station bahkan mempunyai hotel lebih dari satu), pusat perbelanjaan, dan pusat perkantoran. Untuk traveler macam gw, hal ini tentu sangat memudahkan. Di setiap station besar, gw juga dengan mudah menemukan tourism information centre yang selalu sigap membantu. Tidak hanya foreign tourist, banyak juga domestic tourist yang memanfaatkan layanan tourism centre ini.


Tokyo Station yang terkenal dengan the red brick buildingnya
Dari beberapa station yang sempat gw kunjungi selama trip di Jepang, paling terkesan dengan dua station ini, Tokyo Station dan Kyoto station. Tokyo Station memang tidak sesibuk dan sebesar Shinjuku station. Tetapi bangunannya yang bergaya jaman dulu dan megah yang paling gw ingat. Ketika keluar dari kereta, gw sempat kaget dengan banyaknya restoran dan kafe yang berjajar di sepanjang jalan menuju pintu keluar station. Sampai nanya ke temen gw, apakah kita masih berada di dalam station atau sudah ada di area mall, saking banyaknya stall makanan yang menyerupai food hall sebuah mall. Teman gw bilang, bahwa stall makanan itu masih bagian dari station Tokyo, dan memang sengaja dibangun di dalam area station karena station Tokyo merupakan salah satu station utama tempat pemberhentian shinkansen. Asumsinya, banyak orang dari luar Tokyo atau businessman yang bepergian dengan shinkansen dan tentunya station Tokyo akan menjadi pintu utama ‘touch point’ mereka berkaitan dengan souvenir atau oleh-oleh berupa makanan. Hemm, konsep yang menarik.



Masih di area station Tokyo, ada satu jalanan yang ramai dan terkenal di kalangan orang Tokyo, terutama mereka penggemar film fiksi dan anime. Tokyo character street namanya. Ini satu lorong jalanan yang kanan-kirinya dipenuhi toko-toko yang menjual pernak-pernik khusus character anime, cartoon atau film yang popular di Jepang. Tidak susah menemukan tempat ini, karena petunjuk arah menuju Tokyo character street tersebar dimana-mana. Di area ini kita bisa menemukan berbagai merchandise lucu (Japanese punya popular term untuk ini, known as “kawaii”), atau bahkan makanan yang berbentuk character-character terkenal seperti Doraemon, Hello Kitty, Snoppy dll. Disinilah tempatnya kalau kita berniat mencari botol minum berbentuk Doraemon, poster Conan Edogawa dalam ukuran super besar, biskuit berbentuk hello kitty dengan berbagai macam ekspresi muka, dan barang-barang unik lainnya. Gw kayak bernostalgia dengan masa kecil ketika menemukan barang-barang lucu dengan gambar chibi maruko chan, ultraman atau dragon ball, karakter dalam film-film anime yang sering gw tonton semasa kecil. Pengunjung Tokyo character street ini tidak hanya anak muda lho, banyak orang dewasa juga suka datang ke tempat ini untuk mencari barang-barang karakter favorit mereka. Sepertinya ini memang bagian dari budaya pop Jepang masa kini.

Inside of Kyoto Station

Nah, station favorit gw di Jepang, I should say: Kyoto station. Ini merupakan station utama di Kyoto, terletak persis di depan Kyoto Tower. Bangunan station ini terdiri dari 15 lantai, terhubung dengan pusat perbelanjaan seperti Isetan, Porta underground shopping Mall, dan the Cube Mall. Desain bangunan station ini terkesan sangat futuristik dan modern, agak sedikit berlawanan dengan image Kyoto sebagai kota tradisional di Jepang. Didesign oleh Hara Hiroshi, arsitek yang sama yang mendesign Umeda Sky Building di Osaka, menjelajahi Kyoto station buat gw adalah hal yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Ada satu bagian dari station, yang memungkinkan gw untuk melihat jalur kereta, mengamati ketika kereta datang, dan tiba-tiba ratusan atau ribuan orang yang semula menunggu di jalur kuning hilang begitu saja, sudah berpindah masuk ke dalam kereta. Melihat proses singkat berpindahnya ratusan manusia kedalam sebuah kotak besi bernama kereta itu sungguh proses biasa tapi ternyata cukup menyenangkan untuk diamati. Favorit gw lainnya adalah ratusan anak tangga menuju ke area happy terrace yang disinari lampu LED dan bisa berubah-ubah gambar dan warnanya, cantik sekali. Happy terrace juga tempat yang cukup menyenangkan untuk bersantai sejenak dan menanti matahari terbenam di balik gedung-gedung kota Kyoto yang tradisional tapi modern ini. Yang tidak boleh dilewatkan, ketika malam menjelang, adalah berjalan melewati skyway. Ini semacam jalur terowongan atau tunnel yang sengaja dibangun di level lantai 11 dari satu ujung station ke ujung lainnya. Sepanjang jalan terowongan yang dibalut kaca tembus pandang ini kita bisa melihat keramaian station dan juga pemandangan Kyoto Tower yang terletak persis di depan station dan area sekitarnya. Di dalam terowongan juga terkadang dipajang hasil foto-foto yang membuat kita seakan sedang berjalan di gallery art. Pengalaman yang wajib dicoba.

The Skyway in Kyoto Station

The staircase to Happy Terrace

I would never thought that station akan menjadi begitu menarik. Biasanya orang akan menganggap station sebagai tempat naik dan berhenti kereta, that’s it. Tempat yang membosankan, tidak ada yang bisa dilihat, hanya sebagai tempat menunggu beberapa menit saja sebelum kereta berangkat. Tapi, di Jepang, rasanya anggapan itu akan berubah. Paling tidak, buat gwPunya rencana berkunjung ke Jepang? Gw sarankan luangkan waktu untuk menjelajahi station-station yang bakal di singgahi, dan siap-siap untuk ‘tersesat’ dalam labirin station kereta di Jepang. Selamat datang di Kota di dalam kota!

Written on September 2013

Tidak ada komentar: